Pada hari Senin tanggal 29 Juli 2024 Kantor Cabang (KCD) Dikbud Kabupaten Sumbawa menyelenggarakan Sosialisasi Dan Advokasi Kebijakan Di Bidang Pendidikan Jenjang SMA (Iklim Keamanan SMA). Kegiatan berlangsung di ruang Laboratorium IPA SMA Negeri 1 Empang dari pukul 09.30 s.d 11.45. Kegiatan dihadiri oleh perwakilan siswa tiga sekolah berjumlah 38 siswa yang terdiri atas 18 siswa SMA Negeri Empang, 5 siswa SMA Negeri 1 Plampang, dan 5 siswa SMA Negeri 1 Maronge. Kegiatan juga diikuti oleh Wakkil Kepala Sekolah Bidang kesiswaan dari ketiga sekolah peserta ditambah masing-masing satu orang guru pendamping.
Semementara
itu dari pihak penyelenggara kegiatan hadir langsung Kepala KCD Dikbud Sumbawa
bapak Junaidi, M.Pd, bersama Kepala Seksi (KASI) Kelembagaan bapak Baharuddin,
SH. Kepala Sub-Bagian (KASUBAG) TU bapak Andi Sulung, S.Pd, beserta staf
terkait. Turut hadir Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMA/SMK Bapak
Agus Surya Pratama, S.Pd. serta 3 personil tim Pengawas SMA/SMK.
Dalam sambutannya sekaligus membuka kegiatan secara resmi, Kepala KCD menekankan tentang pentingnya mewujudkan sekolah aman dan ramah anak. Tidak lupa beliau menghimbau kepada segenap peserta untuk mengikuti kegiatan kegiatan secara seksama hingga tuntas.
Sesi utama tentang Sekolah Sehat, Aman, menyenangkan, dan ramah anak, materi disampaikan oleh Kepala MKKS yang juga merupakan Kepala SMA Negeri 3 Sumbawa. Dalam pemaparannya, beliau menyatakan bahwa wacana sekolah aman ini menjadi penting berdasarkan hasil Rapor Mutu Sekolah terutama hasil isian Survey Lingkungan Belajar (SULINGJAR) di mana aspek Literasi (A1), Numerasi (A), dan Karakter (A3) harus diintegrasikan dalam program peningkatan mutu layanan yang diberikan sekolah kepada anak didik.
Selanjutnya disebutkan bahwa sekolah aman dapat dilihat dari dua sisi. Pertama keamanan secara fisik, meliputi sarana prasarana yang menjamin keamanan peserta didik. Beliau mencontohkan bahwa sarana yang sudah rusak seperti plafon ruangan yang hampir runtuh membuat ketidakamanan peserta didik berada di ruangan tersebut. Kedua, sisi mental atau rohani. Maksudnya sekolah harus menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi pertumbuhan mental anak. Dalam konteks ini, maka sekolah harus bebas dari berbagai tindakan yang merusak mental seperti bulliying, isu SARA, bebas rokok/narkoba, pornografi/pornoaksi, vandalisme, dll.
Untuk meminimalisir pornografi/pornoaksi, sebagai contoh kasus, pemateri menyebutkan bahwa perlu pemisahan WC anak putra dan putri di ruangan yang berjauhan. Beliau juga menyentil perlunya menjaga standar kualitas kantin sekolah untuk menjaga pertumbuhan fisik dan mental anak dengan nutrisi yang higinis. “Kalau bisa sekolah menyediakan air minum steril yang gratis bagi warga sekolah, seperti di SMKN 2 Sumbawa Besar” ujar pak Agus. Tapi yang terpenting, lanjut beliau, adalah diterapkannya hal-hal kecil tapi dijaga kontinyuitasnya. “Tidak harus mahal” tegas beliau.
Dalam
hal tatakrama berkomunikasi dan bersosialisasi antar warga sekolah juga perlu
mendapat perhatian serius. Perlu disepakati standar nilai-nilai dalam
berkomunikasi, termasuk –bahkan terutama– di dunia maya. Harus ada etika
ber-sosmed untuk menjaga kerukunan dan persahabatan antar peserta didik dengan
guru, atau antar peserta didik satu sama lain. Karenanya niscaya diperlukan
pembentukan Tim Pengembangan Sekolah Aman di masing-masing tingkat satuan
pendidikanuntuk memastikan program sekolah aman ini sukses di tataran praktis.
Sesi kedua tentang pencapaian Wajib Belajar (WAJAR) 12 tahun disampaikan oleh KASI Kelembagaan. Beliau menyampaikan rilis hasil Survey Sosial Ekonomi Nasioanal (SUSENAS) tahun 2022 yang menunjukkan angka putus sekolah anak Indonesia Usia 7-18 tahun sebanyak 4,08 persen, dan khusus usia 16-18 tahun yang mencapai angka 2,9 persen.
Selanjutnya
beliau menyampaikan hasil survey tentang faktor penyebab putus sekolah
tersebut. Ditemukan setidaknya 6 faktor penyebab utama yaitu anak tinggal di
daerah 3T, anak bekerja, anak disabilitas, anak jalanan dan korban
penelantaran, anak konflik dengan hukum, dan anak dalam perkawinan anak. Pihak
seolah diminta untuk mengantisipasi faktor-faktor penyebab tersebut untuk agar
bisa ditemukan solusi bagi anak-anak tersebut.
Kegiatan Sosialisadi dan Advokasi tersebut berjalan lancar dan menarik perhatian peserta. Dalam satu kesempatan, pak Agus Surya Pratama menantang anak-anak agar mereka menghapal NISN mereka. Dari sekian banyak siswa yang hadir, ada satu siswa yang menjawab tantangan, lau dia berhasil menyebutkan NISN-nya dengan cepat dan akurat. Siswa tersebut bernama FADHILAH MARSYAH AMIRAH dari SMAN 1 Empang kelas X2. Sebagai apresiasi, pak Agus merogoh sakunya dan memberikan anak tersebut hadiah senilai 100 ribu rupiah, sontak seisi ruangan bertepuk tangan.
Akhirnya kegiatan ditutup secara resmi oleh MC acara ibu Arini Maharani, S.Pd, guru Matematika SMAN 1 Empang.